cinta

Cinta dan tuhan

Seandainya nama dia bukan joseph, tetapi jusuf. Seandainya agama dia bukan Kristen, tetapi Islam. Seandainya nabi dia bukan Yesus, tetapi Muhammad. Seandainya tempat ibadah yang ia kunjungi bukan gereja, tetapi masjid. Seandainya begini dan bukan begitu. . .

Joseph bingung, gelisah. Ia hanya bisa mengandai-andai. Dan ia pun sadar bahwa mengandai-andai demikian tidak akan mengembalikan kekasihnya dewi. Dewi sudah pergi jauh, sangat jauh- entah kemana

Selama dua tahun joseph berpacaran dengan Dewi. Tidak sekalipun terpikir olehnya bahwa agama akan menjadi dinding pemisah di antara mereka. Atau mungkin dinding itu sudah ada, hanya dia saja yang tidak melihatnya. Cinta memang buta dan membutakan!
Dua tahun yang lalu….

Bersama orangtuanya, Joseph baru saja kembali ke tanah air. Ayahnya seorang diplomat dan selama beberapa tahun terakhir berada di Bombay. Jakarta pada awal 70-an memang sangat kontras dangan Bombay, Di sana hidup serba cepat disini begitu santai. Dia sudah terbiasa dengan kecepatan Bombay, sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri. Tetapi bagaimanapun juga – Home Sweet Home ! Dan dia sangat happy, sangat bahagia bias berada kembali di Indonesia.

Jakarta dan bakmi kelinci di pasar baru, Ice cream parlour rendevouz di kebayoran, Jembatan semanggi dan H.I. –dia excited banget. Kemudian, mulai kuliah dan mulai berkenalan dengan cewek-cewek cantik…. Oh, This is life boy!

Tiba - tiba Joseph merasa begitu hidup….

Menghadapi cewek-cewek di Bombay. Pada awalnya dia selalu minder. Mau bicara pakai bahasa apa? Bahasa inggris nya masih pelo-pelo. Sementara cewek-cewek Bombay bermimpi pun sudah dalam bahasa inggris. Dua tahun kemudian ketika bahasa inggrisnya sudah mulai bagus, dia sudah harus pulang. Sialan!

Tetapi ada untungnya juga. Karena bahasa inggrisnya lumayan, banyak sekali cewek-cewek yang mau berkenalan dengan dia. Ada yang mau belajar bahasa inggris. Ada yang mau pinjam novel James Hadley Chase. Joseph menjadi sibuk…

Dan di tengah-tengah kesibukan itu, pada suatu hari dewi memasuki hidupnya. Joseph masih ingat betul, pertama kali mereka bertemu di sarinah. Dikenalkan oleh seorang teman yang kebetulan masih sepupu Dewi. Joseph langsung kecantol.

Joseph sadar sepenuhnya bahwa hubungan dia dengan dewi lain, berbeda. Tidak sama seperti hubungan dia dengan cewek-cewek lain. Selang dua hari setelah pertemuan pertama di sarinah, Joseph sudah langsung memberanikan diri , “ Dewi, I am in love with you. “

Love-cinta dan titik. Joseph tidak pernah menanyakan , “ eh, dewi agamamu apa sih? “ Atau , “ Kamu berasal dari mana sih ? “

Dua tahun kemudian setelah kehilangan cintanya, setelah ditinggal Dewi untuk selama-lamanya, ia baru sadar bahwa cinta pun bisa haram dan bisa halal.

Manusia Indonesia belum cukup bebas untuk mencintai siapa saja. Ada rambu-rambu yang harus diperhatikan. Ada lembaga-lembaga keagama’an yang harus “ merestui “ cinta. Ada pak Pendeta dan pak Kiai yang harus mengukuhkan perkawinan. Kalau tidak, hubungan kita akan dianggap zinah. Lalu perkawinan akan di anggap prostitusi. Dan pintu surga pun agan tertutup bagi kita- dan untuk selama-lamanya. Belum lagi masalah suku! Dewi berasal dari salah satu suku di Sulawesi- dia anak Makassar. Joseph berasal dari yogya-kota gudeg.

Joseph baru sadar bahwa sebelum mengatakan “I am in love with you. “ kepada dewi seharusnya ia mencari tahu latar belakangnya dulu. Agamanya apa, berasal dari suku mana- and so on and so forth…..

Joseph baru sadar bahwa “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam pancasila yang katanya menjadi dasar negaa itu masih sekedar slogan. Enak untuk didengarkan. Baik sekali untuk digembar gemborkan, “ look-lihat betapa indahnya dasar Negara kita” Ya, sebatas itu saja. Hanya untuk didengarkan, untuk dibicarakan- titik.

Sampai minggu lalu, joseph masih begitu Carefree. Bagi dia agama tidak pernah menjadi masalah. Banyak sekali teman-temannya di Bombay yang beragama katolik Tidak sedikit pula yang beragama hindu. Setiap kali ada peraya’an Dipavali, bersama teman-teman, yang beragama katolik ia pun akan mendatangi rumah para temannya yang beragama hindu. Mereka ikut menghadiri upacara Aarati, persembahan api-suci kepada para dewa. Ia menikmati lagu-lagu rohani orang hindu. Bhajan, kidung dan Aarati- lagu penutupan, kemudian manisan yang dipersembahkan akan dibagi-bagikan kepada para peserta upacara.

Ia pernah menanyakan kepada Ashok, temannya- “ Maksud nya apa sih upacara persembahan api ini? “

“ Upacara Aarati maksudmu? Bersama api yang kau lihat ini kita mempersembahkan keangkuhan kita, kelemahan kita kepada para dewa. “